Home » » Alissa Wahid nilai banyaknya ujaran kebencian di media sosial bukti bobroknya akhlak

Alissa Wahid nilai banyaknya ujaran kebencian di media sosial bukti bobroknya akhlak

Written By Unknown on Senin, 27 Februari 2017 | 10.46

alissa-wahid-nilai-banyaknya-ujaran-kebencian-di-media-sosial-bukti-bobroknya-akhlak

News Kompasindo - Alissa Wahid, Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia mengatakan bahwa pesan yang mengarah kepermusuhan dan banyak beredar di media sosial semakin menguat.

Menurutnya, hal itu juga akan sebagai pemicu setiap tindakan di dunia nyata.

"Ini adalah musuh kami, kami sangat menolak hal ini. ini sangat kuat sekali dan itu muncul juga didalam setiap tindakan. tindakan ini direkam, di videokan serta di viralkan melalui media sosial", kata Alissa di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin ( 27/2/17).

Alissa juga menilai, ujaran yang mengarah ke arah kebencian akan semakin sangat berbahaya jika di ikuti aksi kekerasan. salah satunya yang pernah terjadi didalam sebuah video yang banyak beredar di media sosial dengan ujaran seseorang yang menangkap dan melakukan tindakan kekerasan.

"Apa yang terjadi di media sosial itu akan memiliki pengaruh yang sangat besar sekali. kayan tangkap kandidat ini, potong lehernya, ini sangat mengkhawatirkan karena telah mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan kekerasan, itu sangat bahaya sekali", ujar Alissa.

Dirinya juga menuturkan bahwa pihaknya pernah melakukan pemantauan ujaran kebencian yang banyak beredar di media sosial.

Dari pekan ketiga September hingga pekan pertama Oktober 2016 lalu, pihaknya telah mencatat terdapt 28.000 kicauan yang didalamnya mengandung kata " Sesat" dan ada 21.000 kicauan yang mengandung kata kata "Kafir" di Twitter.

"Kalau di Facebook jauh lebih parah, ada sekitar 113.000 di dalam waktu tiga bulan yaitu September hingga November. jadi bisa dibayangkan kobaran permusuhan itu terus menerus", ujar Alissa.

Sementara itu, aktivis hak asasi  manusia ( HAM ), Todung Mulya Lubis menilai, ujaran kebencian menguat setelah terjadinya reformasi.

Menurutnya, kondisi ini tidak pernah terjadi sebelum masa reformasi.

Pada era demokrasi liberal pada tahun 1950. kata Todung, telah terjadi pertentangan ideologi yang tajam antara kelompok komunis dan kelompok islam.

Meskipun demikian, ujaran kebencian kala itu tidak berlangsung secara masif seperti yang terjadi belakangan ini.

"Pada jaman reformasi ini, sentimen sentimen rasialis tumbuh subur, anti-etnis dan agama tertentu telah mencapai puncak yang tidak pernah dialami pada masa masa sebelum reformasi", kata Todung.(News Kompasindo)


Share this post :
 

Copyright © 2017. Newskompasindo - All Rights Reserved

Belajar Judi Berita Artis Terkini Kabar Terkini Jadwal Bola Hari ini Jadwal Bola Hari ini TVN24 Online Mydetikcom Semangat NKRI Sindo Daily News Analisa Berita Analisa Terkini Jendela Berita Online Lensa Berita Terkini Post Ibukota Harian Radar Post sabung ayam pw Agen sbobet penipu poker texas boya situs resmi sbobet sbobet link sbobet asia mobile sbobet casino login maxbet login situs judi online situs poker terpercaya Sbobet Online Login Wap Sbobet Mobile Daftar Sbobet Mobile Indobet